Selasa, 17 Februari 2015

proses dan tahapan pengendalian di dalam organisasi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pengendalian merupakan bagian dari fungsi manajemen. Fungsi manajemen meliputi Planning, Organizing, Staffing, Leading,and Controlling. Fungsi pengendalian berperan untuk mendeteksi deviasi atau kelemahan yang perbaikan terhadapnya menjadi umpan balik dari suatu kegiatan yang dimulai dari tahap perencanaan hingga tahap pelaksanaan. Pengendalian merupakan suatu proses dasar untuk mendapatkan sesuatu yang identik dan apa saja yang akan dikendalikan. Pengendalian membantu mengidentifikasikan problema-problema manajemen.Usaha-usaha untuk mengidentifikasikan problema-problema merupakan tantangan bagi para manajer. Seorang manajer akan menyadari suatu problema apabila terjadi  penyimpangan dari sasaran yang ingin dicapai. Salah satu fungsi daripada manajemen adalah pengendalian. Dalam organisasi memiliki lingkup-lingkup pengendalian manajemen, konsep daripada pengendalian manajemen yang akan lebih detail dibahas dalam bab selanjutnya.
Akhirnya, pengendalian harus dapat memberi jalan untuk melakukan tindakan-tindakan koreksi, termasuk mencarikan tempat dimana tindakan-tindakan tersebut perlu diambil, siapa yang bertanggung jawab terhadap tindakan tersebut dan berupa apa tindakan tersebut. Pengendalian biasanya diaplikasikan pada fungsi-fungsi utama dari suatu organisasi, yakni bidang produksi, penjualan, keuangan, dan kepegawaian serta faktor-faktor utama seperti : kuantitas, kualitas, penggunaan waktu dan biaya. Fungsi dari faktor-faktor tersebut saling berhubungan dalam sebuah organisasi yang menjalankan pengendalian.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pengendalian organisasi?
2.      Apa saja macam-macam pengendalian organisasi?
3.      Bagaimana proses dan tahapan pengendalian organisasi?
4.      Bagaimana karakteristik pengendalian yang efektif dalam organisasi?
5.      Bagaimana kegunaan pengendalian dalam organisasi?
6.      Apa factor-faktor yang menciptakan kebutuhan akan pengendalian dalam organisasi?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui  pengertian pengendalian organisasi.
2.      Untuk mengetahui macam-macam pengendalian organisasi.
3.      Untuk mengetahui proses dan tahapan pengendalian organisasi.
4.      Untuk mengetahui karakteristik pengendalian yang efektif dalam organisasi.
5.      Untuk mengetahui kegunaan pengendalian dalam organisasi.
6.      Untuk mengetahui factor-faktor yang menciptakan kebutuhan akan pengendalian dalam organisasi.
























BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengendalian organisasi
A.     Pengendalian
Pengendalian (controlling) merupakan suatu faktor penunjang penting terhadap efisiensi organisasi, demikian juga pada perencanaan pengorganisasian, dan pengarahan. Pengendalian adalah suatu fungsi yang positif dalam menghindarkan dan memperkecil penyimpangan-penyimpangan dari sasaran-sasaran atau target yang direncanakan. Setiap pengorganisasian, oleh karena itu harus memiliki sistem pengawasan (pengendalian).[1]
Pengertian pengendalian menurut para ahli diantaranya:
a.       George. R Terry 
Pengendalian dapat didefinisikan sebagai suatu proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dan standar
b.      Koonz
Pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat diselenggarakan.
c.       Strong
Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana.
d.      Syamsi
Pengendalian adalah fungsi manajemen yang mengusahakan agar pekerjaan/ kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman, patokan, pengaturan atau hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.[2]
Pengendalian dalam arti lain ialah kegiatan memantau, menilai dan melaporkan kemajuan proyek disertai tindak lanjut.[3] Berdasarkan uraian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa pengendalian merupakan pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan oleh atasan atau pimpinan dalam organisasi terhadap komponen organisasi dan sumber-sumber yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumya, secara terus menerus dan berkesinambungan agar semua dapat berfungsi secara maksimal, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
B.     Organisasi
Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon - alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Secara umum organisasi adalah sebuah wadah atau struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
 Pengertian menurut para ahli diantaranya:
a.       Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
b.      James D. Mooney 
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
c.       Chester I. Bernard 
Organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
d.      Stephen P. Robbins 
Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
C.     Pengendalian Organisasi
Dasar dari proses pengendalian adalah pemikiran untuk mengarahkan suatu variabel, atau sekumpulan variabel, guna mencapai tujuan tertentu. Dalam organisasi , manusia merupakan variabel yang harus diarahkan, dituntun, atau dimotivasi untu mencapa tujuan.  Jadi pengendalian organisasi yaitu pemantauan, mengarahkan sekumpulan variabel (mesin, orang, peralatan) untuk bekerjasama dan dievaluasi menuju sasaran yang telah ditetapkan. Orang-orang yang melakukan pengarahan disebut manajemen. Sementara manajemen menjalankan fungsi-fungsinya yang lain, fungsi pengendalian manajemen tetap berjalan dalam organisasi. Sistem pengendalian juga digunakan dalam situasi  di  luar  organisasi,  tetapi  setiap  sistem   pengendalian akan   mempunyai sedikitnya keempat komponen berikut:
1.      Alat pengamatan yang mendeteksi, mengamati dan mengukur, atau menguraikan kegiatan-kegiatan atau fenomena lain yang dikendalikan. Istilah untuk komponen ini adalah observor, etektor, atau sensor.
2.      Alat penilai yang mengevaluasi unjuk kerja dari suatu kegiatan atau organisasi, biasanya berhubungan dengan standar tertentu atau harapan mengenai yang seharusnya, dan mengidentifiasikan kegiatan dan kondisi yang lepas endali. Komponen ini dinamakan evaluator, sensor, atau selektor.
3.      Alat modifikasi perilaku untuk mengubah unjuk kerja jika diperlukan. Komponen ini dinamakan direktor, modifier, atau selektor.
4.      Alat untuk menyebar-luaskan informasi ke alt-alat lain. Komponen ini dinamakanjaringan komunikasi.[4]

2.2  Macam-Macam Pengendalian dalam organisasi
Macam-macam pengendalian diantaranya sebagai berikut:
1.      Pengendalian Antisipatif ( freeforwort) / pengendalian pendahuluan/ pengendalian prefentif.
Pengendalian ini berfokus pada manusia, bahan baku, sumberdaya keuangan yang mengalir kedalam organisasi. Tujuannya adalah untuk mencegah masalah / mengantisipasi resiko yang mungkin timbul ketika organisasi menjalankan tugas. Pengendalian ini dapat dilihat dalam pemilihan dan perekrutan karyawan baru, inspeksi bahan baku, pembatasan perekrutan hanya dari lulusan perguruan tinggi tertentu.
2.      Pengendalian bersama ( concurrent control)
Pengendalian dilakukan berbarengan dengan pelaksanaan  kegiatan. Tujuan dari pengendalian ini untuk memastikan bahwa aktifitas kerja memberikan hasil yang tepat. Pengendalian bersama meliputi self – control , dimana karyawan menetapkan pengendalian bersama atas perilaku mereka sendiri. Misalnya dalam operasi manufaktur dengan menggunakan alat tertentu karyawan mengukur apakah item-item yang tengah diproduksi sesuai dengan standar kualitas atau tidak. Jika mereka melihat standar kualitas tidak sesuai dengan satandar maka mereka akan melakukan koreksi atau memberitahu orang yang tepat bahwa ada masalah yang harus ditangani.
3        Pengendalian umpan balik ( feedback control)
Kadang-kadang disebut juga pengendalian setelah kejadian atau pengendalian output. Berfokus pada output organisasai , khususnya kualitas dari produk akhir.[5]

2.3  Proses dan tahapan Pengendalian Organisasi
Organisasi ibarat manusia yang perlu makan, bekerja, dan istirahat secara teratur dan terkendali. Jika metabolism tubuhnya tidak baik, ia akan berpotensi menderita berbagai penyakit. Orang yang sukses adalah orang yang terorganisasi dengan baik, memiliki tujuan hidup, memiliki pengendalian diri, dan cinta dalam hatinya. Itu juga berlaku untuk organisasi. Untuk mencapai kinerja optimal, organisasi haruslah terorganisasi dengan baik, memiliki Visi dan Misi, memiliki daya Pengendalian Manajemen, dan mencintai pengetahuan yang bisa membantu orang untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk proses pengambilan keputusan yang tepat. Salah satu pengetahuan itu adalah Sistem Pengendalian Manajemen. Metoda pengendalian organisasi dewasa ini telah menjadi lebih cermat dan tidak lagi mudah, sebagian diakibatkan oleh pengunaan computer dalam pengolahan data. Kita menyadari bahwa pengendalian yang terlalu ketat akan merugikan baik bagi organisasi maupun individu dalam organisasi itu. Pengendalian yang memaksa para anggota organisasi tengelam dalam tata cara resmi, atau terlalu banyak membatasi berbagai perilaku akan mematikan motivasi, merintangi kreatifitas dan akhirnya akan merusak pelaksanaan tugas dalam organisasi.
Tingkat pengendalian yang dianggap ekstream atau berbahaya, berbeda-beda tergantung pada situasinya. Biro iklan misalnya mungkin akan memerlukan pengendalian yang lebih fleksibel dari pada laboratorium riset. Iklim perekonomian mungkin akan mempengaruhi tingkat pengendalian yang dapat diterima oleh anggota organisasi. Dalam keadaan resesi, sebagian besar dari masyarakat akan dapat menerima pengendalian dan pembatasan yang lebih ketat, akan tetapi dalam kondisi pertumbuhan yang makmur, peraturan dan pembatasan kerap kali akan tampak seolah-olah kurang sesuai. Dengan demikian, tugas manajer dalam menegakan pengendalian adalah sedapat mungkin menemukan keseimbangan yang memadai antara pengendalian organisasi yang cukup efektif dan kebebasan individu.
Terlalu banyaknya pengendalian akan menjadikan organisasi sebagai tempat kerja yang menyesakan, yang merintangi, dan yang tidak dapat memberikan kepuasan kerja pada para karyawannya. Dengan pengendalian yang terlalu kendor, organisasi menjadi kacau balau, tidak efisien, dan tidak efektif dalam mencapai tujuannya. Karena Organisasi, orang-orang, lingkungan dan teknoligi terus mengalami perubahan,system pengendalian yang efektif membutuhkan peninjauan kembali dsan perubahan ayang berkesinambungan., sebagai contoh , bila sebuah divisi produksi mempekerjakan individu yang relative tidak memiliki keterampilan dan tidak berminat akan pekerjaanya.,maka system pengendalian mungkin memerlukan sering diadakannya pemeriksaan mutu dan produktifitas yang terinci.
Suatu organisasi harus dikendalikan yaitu harus ada perangkat – perangkap pada tempatnya untuk memastikan bahwa tujuan strategisnya dapat tercapai. Setiap sistem pengendalian sedikitnya memiliki empat elemen:
1)      Pelacak (detector) atau sensor-sebuah perangkat yang mengukur apa yang sesungguhnya terjadi  dalam proses yang sedang dikendalikan.
2)      Penaksir (assessor ) uatu perangkat yang menentukan signifikansi dari peristiwa aktual dengan membandingkannya dengan beberapa standar atau ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi.
3)      Effector-suatu perangkat (yang sering disebut "feedback") yang mengubah perilaku jika assessor mengindikasikan kebutuhan yang perlu dipenuhi.
4)      Jaringan komunikasi-perangkat yang meneruskan informasi antara detector dan assessor dan antara assessor dan effector.
Pemilihan alat-alat detektor, asesor, dan efektornya memerlukan pertimbangan-pertimbangan mengenai kondisi-kondisi berikut sebelum penyusunan sistem pengendalian dilakukan:
1.      Lingkungan, baik eksternal (tingkat dan sifat persaingan, perkembangan dalam industri, kebijakan pemerintah, keadaan sosial dan ekonomi secara umum) maupun internal (dukungan manajemen puncak bagi standar pengendalian, seberapa jauh ketegasan penerapan pengendalian formal di seluruh organisasi, serta macam kegiatan-kegiatan internal), di mana organisasi berada dan beropersi.
2.      Besarnya kecenderungan organisasi, atau bagian-bagiannya, untuk lepas kendali. Kecenderungan ini berkaitan dengan karakter para karyawan, rentang tanggung jawab manajer, struktur organisasi, kualitas kepemimpinan organisasi, tingkat pengetahuan karyawan akan pekerjaannya, sifat proses produksi, kepekaan organisasi terhadap kejadian-kejadian luar, dan sejumlah besar pertimbangan-pertimbangan serupa lainnya.
3.      Kelengkapan sarana dan teknik pengendalian yang tersedia untu mengamati, menilai, dan mengubah berbagai kecenderungan kegagalan organisasi dalam mencapai tujuannya. Ini meliputi alat-alat yang spesifik dan sesuai serta terkoordinasi yang berfungsi sebagai suatu sistem pengendalian bagi keseluruhan organisasi.
Pengendalian organisasi secara keseluruhan, di pihak lain, jauh lebih rumit daripada contoh-contoh terdahulu. Pengendalian ini membutuhkan sistem pengendalian manajemen, suatu istilah yang menunjukkan bahwa pengendalian organisasi dilakukan melalui manajer-manajer. Beberapa kondisi membuat pengendalian manajemen merupakan sistem pengendalian yang rumit, yaitu:
a.       Organisasi terdiri atas berbagai departemen, divisi, dan kelompok, masing-masing dengan tingkat otonomi tertentu, yang menghendaki agar sistem pengendalian mengkoordinasi, memotivasi, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan dan ketiak-beresan sehingga manajer-manajer setiap unit bekerja untuk mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan, bukan tujuan mereka sendiri-sendiri.
b.      Standar yang digunakan untuk menilai unjuk kerja organisasi tidak ditentukan oleh kondisi luar. Sampai batas yang cukup jauh, tujuan organisasi ditentukan oleh pimpinan organisasi. Perencanaan dilakukan dalam menentukan baik tujuan maupun prosesyang harus digunakan organisasi untuk mencspainya. Yang terakhir ini, khususnya, mengaitkan pengendalian dengan perencanaan begitu eratnya sehingga untuk banyak kepentingan keduanya dapat dipandang sebagai satu proses.
c.       Pengendalian manajemen meliputi baik pengendalian formal maupun informal. Di atas proses-proses pengendalian formal, terdapat pengendalian motivasi informal yang mendorong para manajer dan karyawan untuk terus menjaga agar organisasi bergerak maju menuju sasaran yang telah ditetapkan.
d.      Sistem pengendalian informal, yang adakalanya tercermin dalam kebijakan-kebijakan tak tertulis organisasi, merupakan bagian dari buaya pngendalian organisasi. Budaya ini dapat mencakup proses-proses yang tak terucapkan untuk memotivasi para manajer guna mengambil tindakan-tindakan yang dikehendaki, dan mencegah serta memperbaiki aryawan dan unit-unit organisasi dari tindakan-tindakan yang tidak layak.
Proses dan tahapan organisasi menurut Mockler (1984) membagi pengendalian dalam 4 langkah yaitu :
a)      Menetapkan standar dan Metode Mengukur Prestasi Kerja.
Tahap pertama dalam pengendalian adalah penetapan standar pelaksanaan. Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai “patokan” untuk penilaian hasil-hasil. Standar adalah kriteria-kriteria untuk mengukur pelaksanaan pekerjaan. Kriteria tersebut dapat dalam bentuk kuantitatif ataupun kualitatif. Standar pelaksanaan (standard performance) adalah suatu pernyataan mengenai kondisi-kondisi yang terjadi bila suatu pekerjaan dikerjakan secara memuaskan.[6]
Standar yang dimaksud adalah criteria yang sederhana untuk prestasi kerja, yakni titik-titik yang terpilih didalam seluruh program perencanaan untuk mengukur prestasi kerja tersebut guna memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan yang terjadi dalam perusahaan itu tanpa perlu mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan.
b)      Melakukan Pengukuran Prestasi Kerja
Pengukuran prestasi kerja idealnya dilaksanakan atas dasar pandangan kedepan, sehingga penyimpangan-pennyimpangan yang mungkin terjadi ari standar dapat diketahui lebih dahulu.
c)      Menetapkan Apakah Prestasi Kerja Sesuai dengan Standar
Yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar manajer akan menilai bahwa segala sesuatunya beada dalam kendali.
d)     Mengambil Tindakan Korektif
Proses pengawasan tidak lengkap bila tidak diambil tindakan untuk membetulkan penyimpangan yanf terjadi. Apabila prestasi kerja diukur dalam standar, maka pembetulan penyimpangan yang terjadi dapat dipercepat, karena manajer sudah mengetahui dengan tepat, terhadap bagian mana dari pelaksanaan tugas oleh individu atau kelompok kerja, tindakan koreksi itu harus dikenakan. [7]

2.4  Karakteristik Pengendalian Efektif dalam Organisasi
Secara umum pengendalian yang efektif menurut Siswanto Bedjo mempunyai karak teristik sebagai berikut : 
a.       Akurat ( Accurate )
Informasi atas prestasi harus akurat. Ketidakakuratan data dari suatu sistem pengendalian dapat mengakibatkan organisasi mengambil tindakan yang akan menemui kegagalan untuk memperbaiki suatu masalah atau menciptakan masalah yang tadinya tidak ada.  
b.      Tepat  waktu ( Timely )
Informasi yang harus dihimpun, diarahkan, dan segera dievaluasi jika akan diambil tindakan tepat pada waktunya guna menghasilkan perbaikan.
c.       Objektif dan komprehensif ( Objektive and Comprehensible ) 
Informasi dalam suatu sistem pengendalian harus mudah dipahami dan dianggap objektif oleh individu yang menggunakannya. Makin objektif sistem pengendalian, makin besar kemungkinannya bahwa individu dengan sadar dan efektif akan merespon informasi yang diterima, demikian pula sebaliknya.
d.      Dipusatkan pada tempat pengendalian strategik ( Focused on strategic control points )
Sistem pengendalian strategik sebaliknya dipusatkan pada bidang-bidang yang paling banyak kemungkinan akan terjadinya deviasi dari standar, atau yang akan menimbulkan kerugian yang paling besar. Selain itu sistem pengendalian strategik sebaiknya dipusatkan pada tempat di mana tindakan perbaikan dapat dilaksanakan seefektif mungkin.
e.       Secara ekonomi realistik ( Economically realistic)
Pengeluaran biaya untuk implementasi, pengendalian harus ditekan seminimum mungkin, sehingga terhindar dari pemborosan yang tak berguna.
f.       Secara organisasi realistik  ( Organizationally realistic ) 
Sistem pengendalian harus dapat digabungkan dengan realitas organisasi. Misalkan individu harus dapat melihat hubungan antara tingkat prestasi yang harus dicapainya dan imbalan yang akan menyusul kemudian
g.      Dikoordinasikan dengan arus pekerjaan organisasi
Informasi pengendalian harus di koordinasikan dengan arus pekerjaan diseluruh organisasi karena dua alasan : pertama, setiap langkah dalam proses pekerjaan dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan seluruh operasi. Kedua, informasi pengendalian harus sampai pada semua orang yang perlu untuk menerimanya.
h.      Fleksibel ( Flexible )
Pada setiap organisasi pengendalian harus mengandung sifat fleksibel yang sedemikian rupa, sehingga organisasi tersebut dapat segera bertindak untuk mengatasi perubahan-perubahan yang merugikan atau memanfaatkan peluang-peluang baru.
i.        Preskriptif dan operasionalisasi ( Prescriptive and operational ) 
Pengendalian yang efektif dapat mengidentifikasi setelah terjadi deviasi dari standar, tindakan perbaikan apa yang perlu diambil. Informasi harus sampai dalam bentuk yang dapat digunakan ketika informasi itu tiba pada pihak yang bertanggungjawab untuk mengambil tindakan perbaikan.
j.        Diterima para anggota organisasi ( Accepted by organization members )
Agar sistem pengendalian dapat diterima oleh para anggota organisasi, pengendalian tersebut harus berkaitan dengan tujuan yang berarti dan diterima. Tujuan tersebut harus mencerminkan bahasa dan aktivitas individu kepada situasi tujuan tersebut dipertautkan.[8]

2.5    Factor-Faktor yang Menciptakan Kebutuhan akan Pengendalian dalam Organisasi.
Factor-factor itu meliputi hal-hal dibawah ini :
1.      Perubahan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam lingkungan organisasi manapun. Melalui fungsi pengendalian, manajer mendeteksi perubahan yang mempengaruhi produk atau jasa perusahaan. Ia kemudian dapat mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman atau memanfaatkan peluang yang muncul akibat perubahan tersebut.
2.      Kerumitan yaitu yang menambah sifat komplek organisasi zaman sekarang ialah desentralisasi. Desentralisasi dapat mempermudah usaha pengendalian organanisasi, karena operasi organisasi tidak perlu lagi dikontrol oleh kantor pusatnya.
3.      Kesalahan. Tidak dapat dipungkiri sebagai manusia anggota organisasi juga dapat membuat kesalahan, dengan system pengendalian memungkinkan manajer untuk mendeteksi kesalahan-kesalahan sebelum menjadi gawat.
4.       Delegasi.  Hal ini merupakan salah satu cara manajer untuk menentukan apakah bawahanya melaksanakan tugas yang didelegasikan kepadanya dengan menerapkan system pengendalian.

2.6  Kegunaan Pengendalian dalam Organisasi
Pengendalian menyediakan berbagai cara bagi organisasi untuk :
a.       Beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Dalam lingkungan bisnis yang kompleks dan bergejolak, semua organisasi harus beradaptasi dengan perubahan. Seandainya manajer dapat menetapkan tujuan dan meraihnya secara instan, pengendalian tidak akan diperlukan. Tetapi antara saat tujuan dibentuk dengan saat tujuan diraih, banyak kejadian dalam organisasi dan lingkungannya yang bisa menyimpang pergerakan ke arah tujuan atau bahkan mengubah tujuan itu sendiri. Sistem pengendalian yang baik bisa membantu manajer mengantisipasi, memantau dan merespon perubahan.
b.      Membatasi akumulasi kesalahan
Kesalahan dan kecerobohan kecil biasanya tidak menimbulkan kerusakan serius terhadap kesehatan keuangan sebuah organisasi. Namun dari waktu ke waktu, kesalahan kecil bisa terakumulasi dan menjadi sangat serius.
c.       Membatasi kompleksitas organisasi
Sebuah perusahaan yang memproduksi banyak produk dengan beragam bahan baku dan memiliki area pasar yang luas, desain organisasi yang rumit serta memiliki banyak pesaing, memerlukan sisitem yang canggih untuk menegakkan pengendalian yang memadai.
d.      Untuk meminimalisasi biaya.
Jika dipraktekkan secara efektif, pengendalian juga bisa membanu mengurangi biaya dan meningkatkan output.[9]


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
1.      Pengendalian organisasi yaitu pemantauan, mengarahkan sekumpulan variabel (mesin, orang, peralatan) untuk bekerjasama dan dievaluasi menuju sasaran yang telah ditetapkan.
2.      Macam-macam pengendalian diantaranya sebagai berikut:
a.       Pengendalian Antisipatif ( freeforwort)
b.      Pengendalian bersama ( concurrent control)
c.       Pengendalian umpan balik ( feedback control)
3.      Proses dan tahapan pengendalian dalam organisasi yaitu:
a.       Menetapkan standar dan Metode Mengukur Prestasi Kerja.
b.      Melakukan Pengukuran Prestasi Kerja
c.       Menetapkan Apakah Prestasi Kerja Sesuai dengan Standar
d.      Mengambil Tindakan Korektif
4.      Karakteristik pengendalian yang efektif dalam organisasi sebagai berikut
*   Akurat ( Accurate )
*   Tepat  waktu ( Timely )
*   Objektif dan komprehensif ( Objektive and Comprehensible ) 
*   Dipusatkan pada tempat pengendalian strategik ( Focused on strategic control points )
*   Secara ekonomi realistik ( Economically realistic)
*   Secara organisasi realistik  ( Organizationally realistic ) 
*   Dikoordinasikan dengan arus pekerjaan organisasi
*   Fleksibel ( Flexible )
*   Preskriptif dan operasionalisasi ( Prescriptive and operational ) 
*   Diterima para anggota organisasi ( Accepted by organization members )
5.      Factor-factor itu meliputi hal-hal dibawah ini :
a.       Perubahan.
b.      Kerumitan.
c.       Kesalahan.
d.       Delegasi.
6.      Pengendalian menyediakan berbagai cara bagi organisasi untuk :
Ø  Beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Ø  Membatasi akumulasi kesalahan.
Ø  Membatasi kompleksitas organisasi.
Ø  Untuk meminimalisasi biaya.

3.2  Saran
Dengan makalah ini mudah-mudahan dapat bermanfaat khusunya bagi penyusun umunya bagi semuanya. Selain itu bagi pembaca yang ingin lebih mengetahui materi disarankan untuk mencari sumber referensi dari buku yang lain.



















DAFTAR PUSTAKA
Fatah, Nanang. 2008. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
            Rosdakarya Offset.
Sukiswa, Iwa. 1986. Dasar-Dasar Umum Manajemen Pendidikan. Bandung:
            Tarsito.
Usman, Husaini. 2008. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
x.html







[1] Iwa Sukiswa, Dasar-Dasar Umum Manajemen Pendidikan, (Bandung: Tarsito, 1986), hlm. 53
[3] Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 470      
[6] Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2008), hlm. 101

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda