proses dan tahapan pengendalian di dalam organisasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pengendalian
merupakan bagian dari fungsi manajemen. Fungsi manajemen meliputi
Planning, Organizing, Staffing, Leading,and Controlling. Fungsi
pengendalian berperan untuk mendeteksi deviasi atau kelemahan
yang perbaikan terhadapnya menjadi umpan balik dari suatu kegiatan yang
dimulai dari tahap perencanaan hingga tahap pelaksanaan. Pengendalian merupakan
suatu proses dasar untuk mendapatkan sesuatu yang identik dan apa saja yang
akan dikendalikan. Pengendalian membantu mengidentifikasikan problema-problema
manajemen.Usaha-usaha untuk mengidentifikasikan problema-problema merupakan
tantangan bagi para manajer. Seorang manajer akan menyadari suatu problema
apabila terjadi penyimpangan dari sasaran yang ingin dicapai. Salah
satu fungsi daripada manajemen adalah pengendalian. Dalam organisasi memiliki
lingkup-lingkup pengendalian manajemen, konsep daripada pengendalian manajemen
yang akan lebih detail dibahas dalam bab selanjutnya.
Akhirnya,
pengendalian harus dapat memberi jalan untuk melakukan tindakan-tindakan
koreksi, termasuk mencarikan tempat dimana tindakan-tindakan tersebut perlu
diambil, siapa yang bertanggung jawab terhadap tindakan tersebut dan berupa apa
tindakan tersebut. Pengendalian biasanya diaplikasikan pada fungsi-fungsi utama
dari suatu organisasi, yakni bidang produksi, penjualan, keuangan, dan
kepegawaian serta faktor-faktor utama seperti : kuantitas, kualitas, penggunaan
waktu dan biaya. Fungsi dari faktor-faktor tersebut saling berhubungan dalam
sebuah organisasi yang menjalankan pengendalian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengendalian
organisasi?
2. Apa saja macam-macam pengendalian
organisasi?
3. Bagaimana proses dan tahapan
pengendalian organisasi?
4.
Bagaimana karakteristik pengendalian yang efektif dalam organisasi?
5.
Bagaimana kegunaan pengendalian dalam organisasi?
6. Apa factor-faktor
yang menciptakan kebutuhan akan pengendalian dalam organisasi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pengendalian organisasi.
2. Untuk mengetahui macam-macam
pengendalian organisasi.
3. Untuk mengetahui proses
dan tahapan pengendalian organisasi.
4. Untuk mengetahui karakteristik
pengendalian yang efektif dalam organisasi.
5. Untuk mengetahui kegunaan pengendalian
dalam organisasi.
6. Untuk mengetahui factor-faktor yang menciptakan kebutuhan akan pengendalian dalam organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pengendalian organisasi
A.
Pengendalian
Pengendalian (controlling) merupakan suatu
faktor penunjang penting terhadap efisiensi organisasi, demikian juga pada
perencanaan pengorganisasian, dan pengarahan. Pengendalian adalah suatu fungsi
yang positif dalam menghindarkan dan memperkecil penyimpangan-penyimpangan dari
sasaran-sasaran atau target yang direncanakan. Setiap pengorganisasian, oleh
karena itu harus memiliki sistem pengawasan (pengendalian).[1]
Pengertian pengendalian
menurut para ahli diantaranya:
a.
George. R
Terry
Pengendalian dapat
didefinisikan sebagai suatu proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu
standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan
bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan
rencana yaitu selaras dan standar
b.
Koonz
Pengendalian adalah
pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar
rencana-rencana yang telah dibuat mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat
diselenggarakan.
c.
Strong
Pengendalian adalah
proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar pelaksanaan
sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana.
d. Syamsi
Pengendalian adalah fungsi
manajemen yang mengusahakan agar pekerjaan/ kegiatan terlaksana sesuai dengan
rencana, instruksi, pedoman, patokan, pengaturan atau hasil yang telah
ditetapkan sebelumnya.[2]
Pengendalian dalam arti lain ialah kegiatan
memantau, menilai dan melaporkan kemajuan proyek disertai tindak lanjut.[3] Berdasarkan uraian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa pengendalian
merupakan pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan oleh atasan atau
pimpinan dalam organisasi terhadap komponen organisasi dan sumber-sumber yang
ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumya, secara terus menerus
dan berkesinambungan agar semua dapat berfungsi secara maksimal, sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
B. Organisasi
Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon - alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Secara umum organisasi adalah sebuah
wadah atau struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja
antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk
bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
Pengertian menurut para ahli diantaranya:
a.
Stoner
Organisasi
adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah
pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
Organisasi
adalah bentuk setiap perserikatan
manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi
adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih.
Organisasi
adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas
dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan.
C.
Pengendalian Organisasi
Dasar dari proses pengendalian adalah
pemikiran untuk mengarahkan suatu variabel, atau sekumpulan variabel, guna
mencapai tujuan tertentu. Dalam organisasi , manusia merupakan variabel yang
harus diarahkan, dituntun, atau dimotivasi untu mencapa tujuan. Jadi pengendalian organisasi yaitu pemantauan, mengarahkan sekumpulan variabel (mesin, orang, peralatan) untuk bekerjasama dan dievaluasi menuju sasaran yang telah ditetapkan. Orang-orang yang
melakukan pengarahan disebut manajemen. Sementara manajemen menjalankan
fungsi-fungsinya yang lain, fungsi pengendalian manajemen tetap berjalan dalam
organisasi. Sistem pengendalian juga digunakan dalam situasi
di luar organisasi, tetapi setiap
sistem pengendalian
akan mempunyai sedikitnya keempat komponen
berikut:
1.
Alat pengamatan
yang mendeteksi, mengamati dan mengukur, atau menguraikan kegiatan-kegiatan
atau fenomena lain yang dikendalikan. Istilah untuk komponen ini adalah
observor, etektor, atau sensor.
2.
Alat penilai
yang mengevaluasi unjuk kerja dari suatu kegiatan atau organisasi, biasanya
berhubungan dengan standar tertentu atau harapan mengenai yang seharusnya, dan
mengidentifiasikan kegiatan dan kondisi yang lepas endali. Komponen ini
dinamakan evaluator, sensor, atau selektor.
3.
Alat
modifikasi perilaku untuk mengubah unjuk kerja jika diperlukan. Komponen ini
dinamakan direktor, modifier, atau selektor.
4.
Alat untuk
menyebar-luaskan informasi ke alt-alat lain. Komponen ini dinamakanjaringan
komunikasi.[4]
2.2
Macam-Macam Pengendalian dalam organisasi
Macam-macam
pengendalian diantaranya sebagai
berikut:
1.
Pengendalian
Antisipatif ( freeforwort) / pengendalian pendahuluan/ pengendalian prefentif.
Pengendalian ini
berfokus pada manusia, bahan baku, sumberdaya keuangan yang mengalir kedalam
organisasi. Tujuannya adalah untuk mencegah masalah / mengantisipasi resiko
yang mungkin timbul ketika organisasi menjalankan tugas. Pengendalian ini dapat
dilihat dalam pemilihan dan perekrutan karyawan baru, inspeksi bahan baku,
pembatasan perekrutan hanya dari lulusan perguruan tinggi tertentu.
2.
Pengendalian
bersama ( concurrent control)
Pengendalian dilakukan
berbarengan dengan pelaksanaan kegiatan. Tujuan dari pengendalian ini
untuk memastikan bahwa aktifitas kerja memberikan hasil yang tepat.
Pengendalian bersama meliputi self – control , dimana karyawan
menetapkan pengendalian bersama atas perilaku mereka sendiri. Misalnya dalam
operasi manufaktur dengan menggunakan alat tertentu karyawan mengukur apakah
item-item yang tengah diproduksi sesuai dengan standar kualitas atau tidak.
Jika mereka melihat standar kualitas tidak sesuai dengan satandar maka mereka
akan melakukan koreksi atau memberitahu orang yang tepat bahwa ada masalah yang
harus ditangani.
3
Pengendalian
umpan balik ( feedback control)
Kadang-kadang disebut juga
pengendalian setelah kejadian atau pengendalian output. Berfokus pada output
organisasai , khususnya kualitas dari produk akhir.[5]
2.3
Proses dan tahapan Pengendalian Organisasi
Organisasi ibarat manusia yang perlu
makan, bekerja, dan istirahat secara teratur dan terkendali. Jika metabolism
tubuhnya tidak baik, ia akan berpotensi menderita berbagai penyakit. Orang yang
sukses adalah orang yang terorganisasi dengan baik, memiliki tujuan hidup,
memiliki pengendalian diri, dan cinta dalam hatinya. Itu juga berlaku untuk
organisasi. Untuk mencapai kinerja optimal, organisasi haruslah terorganisasi
dengan baik, memiliki Visi dan Misi, memiliki daya Pengendalian Manajemen, dan
mencintai pengetahuan yang bisa membantu orang untuk menciptakan kondisi yang
kondusif untuk proses pengambilan keputusan yang tepat. Salah satu pengetahuan
itu adalah Sistem Pengendalian Manajemen. Metoda pengendalian organisasi dewasa ini telah
menjadi lebih cermat dan tidak lagi mudah, sebagian diakibatkan oleh pengunaan
computer dalam pengolahan data. Kita menyadari bahwa pengendalian yang terlalu
ketat akan merugikan baik bagi organisasi maupun individu dalam organisasi itu.
Pengendalian yang memaksa para anggota organisasi tengelam dalam tata cara
resmi, atau terlalu banyak membatasi berbagai perilaku akan mematikan motivasi,
merintangi kreatifitas dan akhirnya akan merusak pelaksanaan tugas dalam
organisasi.
Tingkat pengendalian yang dianggap
ekstream atau berbahaya, berbeda-beda tergantung pada situasinya. Biro iklan
misalnya mungkin akan memerlukan pengendalian yang lebih fleksibel dari pada
laboratorium riset. Iklim perekonomian mungkin akan mempengaruhi tingkat
pengendalian yang dapat diterima oleh anggota organisasi. Dalam keadaan resesi,
sebagian besar dari masyarakat akan dapat menerima pengendalian dan pembatasan
yang lebih ketat, akan tetapi dalam kondisi pertumbuhan yang makmur, peraturan
dan pembatasan kerap kali akan tampak seolah-olah kurang sesuai. Dengan
demikian, tugas manajer dalam menegakan pengendalian adalah sedapat mungkin
menemukan keseimbangan yang memadai antara pengendalian organisasi yang cukup
efektif dan
kebebasan individu.
Terlalu banyaknya pengendalian akan
menjadikan organisasi sebagai tempat kerja yang menyesakan, yang merintangi,
dan yang tidak dapat memberikan kepuasan kerja pada para karyawannya. Dengan
pengendalian yang terlalu kendor, organisasi menjadi kacau balau, tidak
efisien, dan tidak efektif dalam mencapai tujuannya. Karena Organisasi, orang-orang,
lingkungan dan teknoligi terus mengalami perubahan,system pengendalian yang
efektif membutuhkan peninjauan kembali dsan perubahan ayang berkesinambungan.,
sebagai contoh , bila sebuah divisi produksi mempekerjakan individu yang
relative tidak memiliki keterampilan dan tidak berminat akan pekerjaanya.,maka
system pengendalian mungkin memerlukan sering diadakannya pemeriksaan mutu dan
produktifitas yang terinci.
Suatu organisasi harus dikendalikan yaitu
harus ada perangkat – perangkap pada tempatnya untuk memastikan bahwa tujuan
strategisnya dapat tercapai. Setiap sistem pengendalian sedikitnya memiliki
empat elemen:
1)
Pelacak
(detector) atau sensor-sebuah perangkat yang mengukur apa yang sesungguhnya
terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan.
2)
Penaksir
(assessor ) uatu perangkat yang menentukan signifikansi dari peristiwa aktual
dengan membandingkannya dengan beberapa standar atau ekspektasi dari apa yang
seharusnya terjadi.
3)
Effector-suatu
perangkat (yang sering disebut "feedback") yang mengubah perilaku
jika assessor mengindikasikan kebutuhan yang perlu dipenuhi.
4)
Jaringan
komunikasi-perangkat yang meneruskan informasi antara detector dan assessor dan
antara assessor dan effector.
Pemilihan alat-alat detektor, asesor, dan
efektornya memerlukan pertimbangan-pertimbangan mengenai kondisi-kondisi
berikut sebelum penyusunan sistem pengendalian dilakukan:
1.
Lingkungan,
baik eksternal (tingkat dan sifat persaingan, perkembangan dalam industri, kebijakan
pemerintah, keadaan sosial dan ekonomi secara umum) maupun internal (dukungan
manajemen puncak bagi standar pengendalian, seberapa jauh ketegasan penerapan
pengendalian formal di seluruh organisasi, serta macam kegiatan-kegiatan
internal), di mana organisasi berada dan beropersi.
2.
Besarnya
kecenderungan organisasi, atau bagian-bagiannya, untuk lepas kendali.
Kecenderungan ini berkaitan dengan karakter para karyawan, rentang tanggung
jawab manajer, struktur organisasi, kualitas kepemimpinan organisasi, tingkat
pengetahuan karyawan akan pekerjaannya, sifat proses produksi, kepekaan
organisasi terhadap kejadian-kejadian luar, dan sejumlah besar
pertimbangan-pertimbangan serupa lainnya.
3.
Kelengkapan
sarana dan teknik pengendalian yang tersedia untu mengamati, menilai, dan
mengubah berbagai kecenderungan kegagalan organisasi dalam mencapai tujuannya.
Ini meliputi alat-alat yang spesifik dan sesuai serta terkoordinasi yang
berfungsi sebagai suatu sistem pengendalian bagi keseluruhan organisasi.
Pengendalian organisasi secara keseluruhan, di
pihak lain, jauh lebih rumit daripada contoh-contoh terdahulu. Pengendalian ini
membutuhkan sistem pengendalian manajemen, suatu istilah yang menunjukkan bahwa
pengendalian organisasi dilakukan melalui manajer-manajer. Beberapa kondisi
membuat pengendalian manajemen merupakan sistem pengendalian yang rumit, yaitu:
a.
Organisasi
terdiri atas berbagai departemen, divisi, dan kelompok, masing-masing dengan
tingkat otonomi tertentu, yang menghendaki agar sistem pengendalian
mengkoordinasi, memotivasi, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan dan
ketiak-beresan sehingga manajer-manajer setiap unit bekerja untuk mencapai
tujuan organisasi secara keseluruhan, bukan tujuan mereka sendiri-sendiri.
b.
Standar yang
digunakan untuk menilai unjuk kerja organisasi tidak ditentukan oleh kondisi
luar. Sampai batas yang cukup jauh, tujuan organisasi ditentukan oleh pimpinan
organisasi. Perencanaan dilakukan dalam menentukan baik tujuan maupun prosesyang
harus digunakan organisasi untuk mencspainya. Yang terakhir ini, khususnya,
mengaitkan pengendalian dengan perencanaan begitu eratnya sehingga untuk banyak
kepentingan keduanya dapat dipandang sebagai satu proses.
c.
Pengendalian
manajemen meliputi baik pengendalian formal maupun informal. Di atas
proses-proses pengendalian formal, terdapat pengendalian motivasi informal yang
mendorong para manajer dan karyawan untuk terus menjaga agar organisasi
bergerak maju menuju sasaran yang telah ditetapkan.
d.
Sistem
pengendalian informal, yang adakalanya tercermin dalam kebijakan-kebijakan tak
tertulis organisasi, merupakan bagian dari buaya pngendalian organisasi. Budaya
ini dapat mencakup proses-proses yang tak terucapkan untuk memotivasi para manajer guna mengambil
tindakan-tindakan yang dikehendaki, dan mencegah serta memperbaiki aryawan dan
unit-unit organisasi dari tindakan-tindakan yang tidak layak.
Proses dan
tahapan organisasi menurut Mockler (1984) membagi
pengendalian dalam 4 langkah yaitu :
a)
Menetapkan
standar dan Metode Mengukur Prestasi Kerja.
Tahap pertama dalam pengendalian adalah
penetapan standar pelaksanaan. Standar mengandung arti sebagai suatu satuan
pengukuran yang dapat digunakan sebagai “patokan” untuk penilaian hasil-hasil.
Standar adalah kriteria-kriteria untuk mengukur pelaksanaan pekerjaan. Kriteria
tersebut dapat dalam bentuk kuantitatif ataupun kualitatif. Standar pelaksanaan
(standard performance) adalah suatu pernyataan mengenai kondisi-kondisi yang
terjadi bila suatu pekerjaan dikerjakan secara memuaskan.[6]
Standar yang dimaksud adalah criteria yang sederhana untuk prestasi kerja, yakni titik-titik yang terpilih didalam seluruh program perencanaan untuk mengukur prestasi kerja tersebut guna memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan yang terjadi dalam perusahaan itu tanpa perlu mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan.
Standar yang dimaksud adalah criteria yang sederhana untuk prestasi kerja, yakni titik-titik yang terpilih didalam seluruh program perencanaan untuk mengukur prestasi kerja tersebut guna memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan yang terjadi dalam perusahaan itu tanpa perlu mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan.
b)
Melakukan
Pengukuran Prestasi Kerja
Pengukuran prestasi
kerja idealnya dilaksanakan atas dasar pandangan kedepan, sehingga
penyimpangan-pennyimpangan yang mungkin terjadi ari standar dapat diketahui
lebih dahulu.
c)
Menetapkan
Apakah Prestasi Kerja Sesuai dengan Standar
Yaitu dengan
membandingkan hasil pengukuran dengan target atau standar yang telah
ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar manajer akan menilai bahwa
segala sesuatunya beada dalam kendali.
d)
Mengambil
Tindakan Korektif
Proses pengawasan tidak
lengkap bila tidak diambil tindakan untuk membetulkan penyimpangan yanf
terjadi. Apabila prestasi kerja diukur dalam standar, maka pembetulan
penyimpangan yang terjadi dapat dipercepat, karena manajer sudah mengetahui
dengan tepat, terhadap bagian mana dari pelaksanaan tugas oleh individu atau
kelompok kerja, tindakan koreksi itu harus dikenakan. [7]
2.4
Karakteristik
Pengendalian Efektif dalam
Organisasi
Secara umum pengendalian yang efektif menurut Siswanto
Bedjo mempunyai karak teristik sebagai berikut :
a.
Akurat
( Accurate )
Informasi atas prestasi harus akurat. Ketidakakuratan data dari suatu
sistem pengendalian dapat mengakibatkan organisasi mengambil tindakan yang akan
menemui kegagalan untuk memperbaiki suatu masalah atau menciptakan masalah yang
tadinya tidak ada.
b.
Tepat waktu
( Timely )
Informasi yang harus dihimpun, diarahkan, dan segera dievaluasi jika
akan diambil tindakan tepat pada waktunya guna menghasilkan perbaikan.
c.
Objektif dan
komprehensif ( Objektive and Comprehensible )
Informasi dalam suatu sistem pengendalian harus mudah dipahami dan
dianggap objektif oleh individu yang menggunakannya. Makin objektif sistem
pengendalian, makin besar kemungkinannya bahwa individu dengan sadar dan
efektif akan merespon informasi yang diterima, demikian pula sebaliknya.
d.
Dipusatkan
pada tempat pengendalian strategik ( Focused on strategic control
points )
Sistem pengendalian strategik sebaliknya dipusatkan pada bidang-bidang
yang paling banyak kemungkinan akan terjadinya deviasi dari standar, atau yang
akan menimbulkan kerugian yang paling besar. Selain itu sistem pengendalian
strategik sebaiknya dipusatkan pada tempat di mana tindakan perbaikan dapat
dilaksanakan seefektif mungkin.
e.
Secara
ekonomi realistik ( Economically realistic)
Pengeluaran biaya untuk implementasi, pengendalian harus ditekan
seminimum mungkin, sehingga terhindar dari pemborosan yang tak berguna.
f.
Secara
organisasi realistik ( Organizationally realistic )
Sistem pengendalian harus dapat digabungkan dengan realitas organisasi.
Misalkan individu harus dapat melihat hubungan antara tingkat prestasi yang
harus dicapainya dan imbalan yang akan menyusul kemudian
g.
Dikoordinasikan
dengan arus pekerjaan organisasi
Informasi pengendalian harus di koordinasikan dengan arus pekerjaan
diseluruh organisasi karena dua alasan : pertama, setiap langkah dalam proses
pekerjaan dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan seluruh operasi.
Kedua, informasi pengendalian harus sampai pada semua orang yang perlu untuk
menerimanya.
h.
Fleksibel
( Flexible )
Pada setiap organisasi pengendalian harus mengandung sifat fleksibel
yang sedemikian rupa, sehingga organisasi tersebut dapat segera bertindak untuk
mengatasi perubahan-perubahan yang merugikan atau memanfaatkan peluang-peluang
baru.
i.
Preskriptif
dan operasionalisasi ( Prescriptive and operational )
Pengendalian yang efektif dapat mengidentifikasi setelah terjadi
deviasi dari standar, tindakan perbaikan apa yang perlu diambil. Informasi
harus sampai dalam bentuk yang dapat digunakan ketika informasi itu tiba pada
pihak yang bertanggungjawab untuk mengambil tindakan perbaikan.
j.
Diterima para
anggota organisasi ( Accepted by organization members )
Agar sistem pengendalian dapat diterima oleh para anggota organisasi,
pengendalian tersebut harus berkaitan dengan tujuan yang berarti dan diterima.
Tujuan tersebut harus mencerminkan bahasa dan aktivitas individu kepada situasi
tujuan tersebut dipertautkan.[8]
2.5
Factor-Faktor
yang Menciptakan Kebutuhan akan Pengendalian dalam Organisasi.
Factor-factor itu
meliputi hal-hal dibawah ini :
1.
Perubahan merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dalam lingkungan organisasi manapun. Melalui fungsi
pengendalian, manajer mendeteksi perubahan yang mempengaruhi produk atau jasa
perusahaan. Ia kemudian dapat mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman atau
memanfaatkan peluang yang muncul akibat perubahan tersebut.
2.
Kerumitan yaitu yang menambah sifat
komplek organisasi zaman sekarang ialah desentralisasi. Desentralisasi dapat
mempermudah usaha pengendalian organanisasi, karena operasi organisasi tidak
perlu lagi dikontrol oleh kantor pusatnya.
3.
Kesalahan.
Tidak dapat dipungkiri sebagai manusia anggota organisasi juga dapat membuat
kesalahan, dengan system pengendalian memungkinkan manajer untuk mendeteksi
kesalahan-kesalahan sebelum menjadi gawat.
4.
Delegasi. Hal ini merupakan salah satu cara manajer untuk menentukan apakah
bawahanya melaksanakan tugas yang didelegasikan kepadanya dengan menerapkan
system pengendalian.
2.6
Kegunaan
Pengendalian dalam Organisasi
Pengendalian
menyediakan berbagai cara bagi organisasi untuk :
a.
Beradaptasi
dengan perubahan lingkungan.
Dalam lingkungan bisnis
yang kompleks dan bergejolak, semua organisasi harus beradaptasi dengan
perubahan. Seandainya manajer dapat menetapkan tujuan dan meraihnya secara
instan, pengendalian tidak akan diperlukan. Tetapi antara saat tujuan dibentuk
dengan saat tujuan diraih, banyak kejadian dalam organisasi dan lingkungannya
yang bisa menyimpang pergerakan ke arah tujuan atau bahkan mengubah tujuan itu
sendiri. Sistem pengendalian yang baik bisa membantu manajer mengantisipasi,
memantau dan merespon perubahan.
b.
Membatasi
akumulasi kesalahan
Kesalahan dan
kecerobohan kecil biasanya tidak menimbulkan kerusakan serius terhadap
kesehatan keuangan sebuah organisasi. Namun dari waktu ke waktu, kesalahan
kecil bisa terakumulasi dan menjadi sangat serius.
c.
Membatasi
kompleksitas organisasi
Sebuah perusahaan yang
memproduksi banyak produk dengan beragam bahan baku dan memiliki area pasar
yang luas, desain organisasi yang rumit serta memiliki banyak pesaing,
memerlukan sisitem yang canggih untuk menegakkan pengendalian yang memadai.
d.
Untuk
meminimalisasi biaya.
Jika dipraktekkan
secara efektif, pengendalian juga bisa membanu mengurangi biaya dan
meningkatkan output.[9]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Pengendalian organisasi yaitu pemantauan, mengarahkan sekumpulan variabel (mesin,
orang, peralatan) untuk bekerjasama
dan dievaluasi menuju sasaran yang telah ditetapkan.
2.
Macam-macam
pengendalian diantaranya sebagai
berikut:
a.
Pengendalian
Antisipatif ( freeforwort)
b.
Pengendalian
bersama ( concurrent control)
c.
Pengendalian
umpan balik ( feedback control)
3.
Proses dan tahapan pengendalian dalam organisasi yaitu:
a.
Menetapkan
standar dan Metode Mengukur Prestasi Kerja.
b.
Melakukan
Pengukuran Prestasi Kerja
c.
Menetapkan
Apakah Prestasi Kerja Sesuai dengan Standar
d.
Mengambil
Tindakan Korektif
4.
Karakteristik pengendalian yang efektif dalam organisasi sebagai berikut:
Akurat ( Accurate )
Tepat waktu ( Timely )
Objektif dan komprehensif ( Objektive and
Comprehensible )
Dipusatkan pada tempat pengendalian strategik
( Focused on strategic control points )
Secara ekonomi realistik ( Economically
realistic)
Secara organisasi
realistik ( Organizationally realistic )
Dikoordinasikan dengan arus pekerjaan organisasi
Fleksibel ( Flexible )
Preskriptif dan operasionalisasi
( Prescriptive and operational )
Diterima para anggota organisasi ( Accepted
by organization members )
5.
Factor-factor
itu meliputi hal-hal dibawah ini :
a.
Perubahan.
b.
Kerumitan.
c.
Kesalahan.
d.
Delegasi.
6.
Pengendalian
menyediakan berbagai cara bagi organisasi untuk :
Ø Beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Ø Membatasi akumulasi kesalahan.
Ø Membatasi kompleksitas organisasi.
Ø Untuk meminimalisasi biaya.
3.2 Saran
Dengan makalah ini
mudah-mudahan dapat bermanfaat khusunya bagi penyusun umunya bagi semuanya.
Selain itu bagi pembaca yang ingin lebih mengetahui materi disarankan untuk mencari
sumber referensi dari buku yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Fatah, Nanang. 2008.
Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
Sukiswa, Iwa. 1986. Dasar-Dasar
Umum Manajemen Pendidikan. Bandung:
Tarsito.
Usman, Husaini. 2008. Manajemen
Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
x.html
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda